Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kampung yang Terbuka terhadap Perubahan

  • Oleh Budi Baskoro
  • 15 Mei 2016 - 13:00 WIB

SAYA percaya, nyaris tidak ada kebudayaan yang tidak berubah. Sedikit sekali ada kebudayaan yang secara total tertutup terhadap pengaruh dunia luar. Bedanya hanya soal apakah perubahan itu berlangsung cepat atau lambat. Dalam proses perubahan itu pasti terdapat ketegangan antara penolakan dan penerimaan.

Bagitulah yang saya lihat, meski hanya melalui kunjungan singkat, di Desa (Laman) Kinipan, Jumat-Sabtu 29-30 April 2016 lalu. Tampak, walau berada di pedalaman Kalteng, 5-6 jam perjalanan dari Pangkalan Bun, kota paling ramai yang dekat dengan pantai, Kinipan merupakan laman terbuka terhadap budaya baru.

Yang paling nyata, dapat dilihat dari sisi keyakinan. Berbagai pusaka leluhur, yang sudah saya ulas, sebagai prasasti sejarah awal kampung Kinipan, seluruhnya menggambarkan identitas Kaharingan, agama awal orang Kinipan. Namun, saat ini mayoritas warga di laman yang telah menjadi ibu kota Kecamatan Batang Kawa itu tak lagi beragama Kaharingan.

Mayoritas warga Kinipan sekarang adalah pemeluk Kristen Protestan. Berkat Arus, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kinipan, menuturkan gereja telah berdiri di Kinipan sejak awal 1960-an. Dan, mungkin pengabar Injil sudah tiba di sana jauh lebih awal dari itu. Melalui, para pembawa misi ini nilai-nilai modernisasi dipromosikan, dan sedikit demi sedikit diterima sebagai nilai baru oleh masyarakat setempat.

Tak heran, sejak itu pulalah, orang Kinipan mulai banyak yang keluar laman, bukan sekadar untuk melanglang buana, tapi untuk bersekolah. "Saya sejak kelas empat SD, tinggal di Tangkiling (Palangka Raya)," ujar Matias Wilson (67), Demang Adat Dayak Kecamatan Batang Kawa.

Perubahan juga terlihat dari rumah tempat tinggal. Saat ini, rumah betang (rumah adat Dayak) masih dengan mudah dapat dijumpai di Kinipan. Namun, kini mayoritas warga setempat juga tak lagi tinggal di betang. Sejumlah rumah betang, kini malah tak berpenghuni. "Pemiliknya sekarang ada yang tinggal di Nanga Bulik (ibu kota Kabupaten Lamandau), dan di Pangkalan Bun," jelas Warhin (38) tenanga pendamping desa Kinipan.

Namun, orang Kinipan juga masih merawat tradisi yang secara praktis masih berguna dalam kehidupan hari-hari mereka. Ini tercermin di bidang pertanian. Mayoritas orang Kinipan masih memiliki dan mengoperasikan bangunan lumbung padi, yang disebut jurung. Arsitekturnya khas, seperti rumah betang kecil.

Jurung didesain sebagai bangunan yang bisa mengamankan hasil panen warga, dari serangan hama. Tikus, misalnya, tak bisa dengan mudah naik ke dalam jurung karena dihalau oleh jelapang, papan bundar di bagian atas tiang-tiang penyangga jurung itu.

Begitulah kelenturan budaya, dan kearifan lokal di Kinipan. (Budi Baskoro/B-10)

Berita Terbaru