Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Melepas Lelah di Silikan Sangilipan, Lamandau

  • Oleh Testi Priscilla
  • 28 Mei 2016 - 16:55 WIB

BORNEONEWS, Lamandau - Mari melepas lelah di Silikan Sangilipan, Lamandau. Sejuknya air, gemuruh suara air menghempas batu di Silikan Sangilipan yang masih alami sungguh mampu membasuh kelelahan perjalanan panjang. Perjalanan ke Kota Ketapang, Kalimantan Barat sudah dijalani selama kurang lebih 12 jam melalui jalan darat dari Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

Silikan atau air terjun dalam bahasa daerah Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah ini, salah satu tempat wisata yang terletak di jalan trans Kalimantan. Air terjun ini berada di tanah milik warga, yang dikelola pemilik tanah. Ambui, pengelola yang mewarisi tanah tempat air terjun itu berada. Tanah ini, diwarisi secara turun temurun oleh keluarganya yang merupakan peladang.

Di sekitar air terjun, tepatnya di bagian atas juga terdapat ladang Ambui. Lokasi silikan ini masih asri dengan pohon-pohon  tinggi dan rindang oleh pohon-pohon besar. Sejak dikelola secara swadaya oleh pemilik tanah pada 2015, lokasi cukup bersih dari sampah plastik. Disediakan sejumlah tempat sampah. Didirikan pondok-pondok dan kursi untuk melepas lelah.

Pagar-pagar pengaman bagi pengunjung dan jembatan untuk menyeberang sungai yang deras dan berbatu. Perbukitan di daerah Lamandau yang masih asri dan rimbun ini menjadi rahasia masih mengalir derasnya air terjun ini. Silikan ini hulunya di perbukitan di Kecamatan Delang. Berdasarkan cerita sekilas, pada zaman dulu silikan Sangilipan ini berasal dari seekor lipan raksasa yang bersifat gaib yang mendiami hutan dan air terjun.

Saat ini, hal tersebut hanya tinggal cerita, tidak pernah ada yang benar-benar melihat dan bertemu. Untuk mengunjungi air terjun ini tidak ada pantangan berat, hanya dipesankan untuk tidak menyebut nama makanan yang belum dimakan atau makanan yang ingin dimakan agar tidak kapuhunan atau celaka karena belum atau tidak kesampaian makan sesuatu yang diinginkan. Kapuhunan sebuah kepercayaan dalam suku Dayak di Kalimantan Tengah.

 Tapi sejauh ini, seperti diceritakan Mama Rizki, menantu Ambui yang menunggu kawasan wisata menyebut tidak pernah ada kejadian akibat kapuhunan. Tempat ini terasa semakin bernilai, karena di pinggir jalan menuju silikan terdapat makam leluhur mereka. Meski demikian tidak ada atmosfir suram dan menakutkan yang pengunjung rasakan, di situ juga terdapat sejumlah lumbung padi dan rumah singgah pemilik kawasan.

Dari jalan utama, untuk mencapainya, kita harus jalan kaki sejauh 900 meter (berdasarkan GPS), dengan kondisi jalan cukup mudah dilalui dan sedikit menanjak. Waktu tempuh untuk sampai ke lokasi wisata Silikan ini dari Nanga Bulik, Lamandau kurang lebih tiga jam. Terletak di kilometer 10 dari perbatasan Kalteng-Kalbar dan kurang lebih 200-an km dari Nanga Bulik. Jika dari Palangka Raya kurang lebih 12 jam dan jaraknya kurang lebih 500 km.

Untuk bisa menikmati kesejukan silikan, pengunjung hanya dikenakan karcis masuk sebesar Rp10.000. Pengelola tidak melarang pengunjung membawa makanan, dengan catatan tidak membuang sampah di lokasi secara sembarangan. Bagi pengunjung yang mandi, pengelola menyediakan kamar ganti/kamar kecil.

Nah, bagi pengunjung yang lupa membawa minuman hangat, jangan kuatir, karena pengelola juga menjual teh dan kopi panas, ulalaa...sangat pas diminum usai menikmati dinginnya silikan. Jika ingin berkunjung ke silikan, saat yang paling ramai tentu saja saat musim libur, terutama libur hari raya dan akhir tahun. Tapi, jika ingin menikmati seperti milik pribadi, datanglah saat orang lain sibuk bekerja alias bukan masa libur atau hari kerja. Jika ke Lamandau, jangan lupa ke Silikan Sangilikan, belum afdol jika belum membasuh muka di air terjun ini, tambah sah jika nyebur di air beningnya yang deras.

Kemewahan alam ini masih bisa dinikmati karena alam yang masih terjaga. Perbukitan yang masih rimbun dan masyarakat yang tidak menebang dan merusak hutan. Saya berharap saya bisa kembali ke sini dan merasakan hal yang sama, alam yang terjaga. (TESTI PRISCILLA/N).

Berita Terbaru