Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Secercah Harapan dalam Penantian Kompetisi Sepak Bola Putri

  • Oleh ANTARA
  • 13 Mei 2024 - 12:10 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Usai sudah perjalanan tim nasional putri Indonesia U-17 di kancah Piala Asia putri U-17 2024 setelah melakoni tiga pertandingan di Bali.

Dari ketiga laga Grup A, hasil memilukan harus ditelan pasukan Mochizuki Satoru yakni kalah 1-6 dari Filipina, takluk 0-12 dari Korea Selatan, dan menyerah 0-9 dari Korea Utara.

Jika melihat proses dibentuknya tim untuk bersaing di ajang tersebut, tentu bukan pelatih Mochi ataupun para pemain yang layak disalahkan. Betapa tidak, tim tersebut baru dibentuk pada Maret dan harus memainkan pertandingan kompetitif pada Mei. Alias hanya dua bulan masa persiapan.

Faktor paling utama dari sulitnya membentuk timnas putri yang tangguh adalah ketiadaan kompetisi sepak bola putri. Dapat dilihat bahwa Liga 1 putri edisi terakhir adalah pada 2019, setelah itu nihil.

Contoh lain adalah penyelenggaraan cabang olahraga sepak bola putri di Pekan Olahraga Nasional. Pada PON terakhir, yakni PON XX Papua, sepak bola putri memang dipertandingkan, tetapi sejatinya nomor tersebut telah cukup lama absen.

Untungnya, pada PON XXI Aceh-Sumatera Utara, sepak bola putri rencananya akan kembali dimainkan.

Sejarah kompetisi sepak bola putri di Indonesia

Dari penelusuran yang dilakukan, klub asal Bandung, Putri Priangan, disepakati sebagai klub sepak bola putri pertama yang lahir di Indonesia. Klub tersebut lahir dengan didasari keresahan Wiwi Hadhi Kusdarti, yang kesulitan menemukan rekan bermain sepak bola.

Keresahan Wiwi kemudian disuarakan ke salah satu surat kabar papan atas Bandung, Pikiran Rakyat. Selain itu, ia juga menceritakan keresahannya kepada pendiri tim Putra Priangan dan beberapa rekan dekatnya yang mendukung rencananya untuk mendirikan tim sepak bola putri.

Lahirnya Putri Priangan ternyata memantik kelahiran tim-tim sepak bola putri lainnya. Di Jakarta, muncul Buana Putri besutan Dewi Wibowo, istri pengusaha koran Baratha Yudha. Jakarta tentu bukan satu-satunya daerah yang tergerak melahirkan tim sepak bola putri, selain Buana Putri asal Jakarta, ke depannya muncul pula tim Putri Pagilaran asal Pekalongan, Putri Mataram asal Yogyakarta, dan Sasana Bakti asal Surabaya.

Setelah kelahiran tim-tim sepak bola putri, maka mereka perlu diwadahi dengan adanya kompetisi resmi. Salah satu tonggak penting kompetisi sepak bola putri adalah Piala Kartini 1981 yang menjadi edisi perdana dengan melahirkan Buana Putri sebagai juaranya. Sebagai catatan, hanya ada empat tim peserta di turnamen Piala Kartini tersebut.

Pada 1982, turnamen yang diikuti lebih banyak peserta dibentuk PSSI dengan nama Liga Sepak bola Wanita (Galanita). Invitasi Galanita 1982 diikuti oleh oleh sembilan tim yakni Buana Putri, Putri Jaya (Jakarta), Putri Priangan, Putri Pagilaran, Putri Mataram (Yogyakarta), Mojolaban (Sukoharjo), Putri Setia (Surabaya), Anging Mamiri (Makassar), dan Putri Cendrawasih (Jayapura).

Turnamen Invitasi Galanita edisi perdana itu kemudian melahirkan Buana Putri sebagai juara setelah menang 4-0 atas Putri Pagilaran.

Berita Terbaru