Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Bangunan Walet Bermunculan Sebabkan Permintaan Batu Bata Meningkat

  • Oleh Abdul Gofur
  • 16 Desember 2016 - 14:45 WIB

BORNEONEWS, Katingan - Gara-gara bangunan sarang burung walet terus bermunculan menyebabkan permintaan batu bata merah di Kasongan Kabupaten Katingan meningkat tajam.

Pasalnya, sebagian besar bangunan sarang burung walet ini berkonstrumsi beton, dengan bahan utama batu bata merah, terutama untuk dinding bangunan.

Walau tidak sedikit pula bangunan sarang burung walet ini berdinding seng, papan dan batako. Dengan makin bertambahnya jumlah bangunan walet ini menyebabkan pula permintaan akan batu bata merah tersebut. Bahkan pengusaha batu bata merah di Kasongan Kabupaten Katingan mengaku kewalahan melayani pesanan.

"Kalau pesanan batu bata merah sampai hari ini sudah tidak kehitungan lagi Mas, cukup banyak orang yang pesan," kata Sutiyono (54) salah seorang pekerja pencetak batu bata merah di Jalan Tjilik Riwut Km3 arah Kasongan arah Kereng Pangi, Jumat (16/12/2016).

Sutiyono mengaku jika usaha pencetakan batu bata merah ini adalah milik warga Kasongan bernama Tantan. "Kalau saya adalah karyawannya Mas bersama 5 orang lainnya," katanya.

Sutiyono yang mengaku warga Tangkiling Palangkaraya ini mengatakan jika sejak awal tahun 2016 hingga akhir tahun ini warga Kasongan dan sekitarnya yang pesan batu bata merah di tempatnya bekerja ini cukup banyak.

"Sebagian besar warga yang membeli batu bata merah di sini katanya untuk bangunan sarang burung walet, katanya kalau pakai batu bata ini burung walet kerasan di dalam gedung, sebab suhunya dingin, beda dengan dinding seng atau batako," katanya.

Sutiyono mengaku meski saat ini harga batu bata merah per bijinya naik menjadi Rp850 hingga Rp900 dari sebelumnya Rp700, namun permintaan batu bata merah ini bukannya sepi, malah bertambah banyak. 

Rata-rata, ujar Sutiyono, warga yang pesan batu bata merah untuk keperluan membangun sarang walet ini 5.000-30.000 batu bata.

"Sekarang produksi batu bata merah ini berkurang, Mas. Sebab batu bata dari Tangkiling sejauh ini lagi kosong, dan hanya ada dari Kasongan dan sekitarnya," katanya,.

Sutiyono mengaku mendapat upah rata-rata Rp100.000 dari hasil mencetak batu bata milik Tantan ini, yaitu dalam setiap mencetak 1 batu bata dihargai Rp300. "Kalau bahan baku tanah liatnya diambil dari sekitar tempat ini, Mas," imbuhnya.

Suhardi, warga Kasongan yang juga pemilik atau pengusaha sarang burung walet membenarkan jika bangunan sarang burung walet miliknya berkonstruksi beton dan kayu.

"Jadi kerangkanya kayu dan dindingnya batu bata merah," kata Suhardi yang mengaku sudah beberapa kali panen sarang burung walet ini. (ABDUL GOFUR/m)

Berita Terbaru