Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Nasib Desa Sekonyer

  • Oleh Tim Borneonews
  • 02 Februari 2017 - 20:54 WIB

SEKONYER adalah nama sebuah desa di Kotawaringin Barat yang ada di pinggir Taman Nasional Tanjung Putting (TNTP). Desa ini begitu legendaries, karena berada di tepi Sungai Sekonyer. Sungai yang di era pergerakan nasional menjadi salah satu ceruk pertempuran hebat. Kapal perang penjajah Belanda kandas di muara Sungai Sekonyer yang ada di Kumai ini.

Dalam sejarahnya, Kumai juga merupakan benteng pertahanan rakyat yang sulit ditakhlukkan Belanda. Pertempuran Kumai melawan Belanda dipimpin seorang pejuang rakyat yang disebut Panglima Utar. Momumen Panglima Utar kini tegak berdiri di dermaga Kumai. Sebuah dermaga besar yang menjadi salah satu urat nadi perekonomian Kalimantan Tengah.

Desa Sekonyer, kini tak segarang sejarahnya. Karena desa ini sekarang menjadi desa yang renta di tengah hiruk-pikuk yang ada di sekelilingnya. Desa ini, semakin hari terlihat justru mengalami kemunduran, jika dilihat dari laju kemajuan di sekitarnya.

Mengapa Pertama, Desa Sekonyer adalah desa yang paling dekat dengan destinasi wisata Tanjung Puting. Belasan ribu wisatawan asing berkunjung ke Camp Leakey, tempat warga dari seluruh penjuru dunia itu melihat orangutan.

Kedua, Sungai Sekonyer yang menjadi urat nadi desa, sejak sepuluh tahun terakhir ini hancur. Hancur karena tidak lagi menjadi habitat yang nyaman dan aman bagi segala jenis ikan. Air yang semula jernih berwarna hitam kemerahan, berubah menjadi keruh, sekeruh kopi susu. Keruh bukan hanya karena lumpur, tetapi juga mengandung limbah mercury. Pertambangan tanpa Izin (PETI) sungguh merajalela di hulu Sekonyer , termasuk di kawasan hutan TNTP.

Ketiga, Desa Sekonyer dikelilingi beberapa perusahaan besar perkebunan kelapa sawit. Bahkan menurut Kepala Desa, lahan desapun ada yang digarap mereka. Tetapi entah kenapa, desa ini malah terlihat mengalami kemunduran. Tak ada jejak interaksi antara perusahaan itu dengan desa ini. Tak ada jejak kontribusi perusahaan itu ke desa ini.

Kini, desa ini disebut-sebut dalam operasi perburuan PETI yang marak di pinggiran desa dan hutan TNTP. Puluhan unit mesin berhasil disita, sedangkan penambangnya kabur setelah mendapat bocoran info. Lagi-lagi, desa ini disebut sebagai kambing hitam yang malang menerima dampak buruk pertambangan ilegal.

Desa Sekonyer adalah tipikal desa yang tak berdaya. Tersingkir dan terlupakan oleh gegap gempita pembangunan di sekitarnya. Dalam konteks pariwisata, Sekonyer hanya sebagai penonton. Dalam konteks perkebunan sawit, Sekonyer adalah tetangga yang dianggap sepi. Dan dalam percaturan PETI, Sekonyer dengan pasrah menerima limbah. Limbah lumpur dan mercury, yang diam-diam merusak dan mematikan (*)

*). Edisi cetak editorial ini bisa dibaca di Harian Palangka Post.

Berita Terbaru