Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Antisipasi Kampanye Hitam Atas Sawit, Ini Langkah Malaysia-Indonesia

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 16 Maret 2017 - 16:12 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Indonesia dan Malaysia adalah penghasil kelapa sawit terbesar dunia, dan produk minyak sawit mulai mendominasi pasar minyak nabati dunia. Ini yang membuat Barat merasa kecolongan.

Dari kondisi itulah kemudian sejumlah negara Eropa dan juga Australia mulai menyiapkan berbagai cara untuk menghambat produk minyak sawit memasuki pasar mereka, salah satunya dengan menggiatkan kampanye hitam terhadap sawit.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Malaysia akan mengajak Indonesia berkolaborasi di bawah Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) untuk menekankan bahwa industri sawit kedua negara ini sudah ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam pengolahannya. Ditekankan pula bahwa industri sawit telah menjadi sektor yang memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian dan mengentaskan kemiskinan, selain memberikan produk yang bergizi.

'Industri sawit di Malaysia adalah salah satu industri yang paling patuh terhadap regulasi secara global, terutama selalu mengikuti praktik pengolahan produk yang berkelanjutan," kata Menteri Perusahaan, Perladangan dan Komoditi Malaysia Datuk Seri Mah Siew Keong, seperti dikutip Bernama, Rabu (15/3/2017).

Untuk menunjukkan keseriusan Malaysia dalam memastikan produk minyak sawit mereka diolah secara berkelanjutan, Mah mengatakan sertifikasi Malaysian Sustainable Palm Oil Certification Scheme (MSPO) telah diimplementasikan sejak 2015, dan akan diwajibkan pada Desember 2019.

Sementara itu, gencarnya kampanye negatif yang dilakukan oleh negara-negara Barat terhadap sawit negara Asia, khususnya Indonesia, lebih dilandasi oleh aspek bisnis ketimbang lingkungan.

"Produk sawit dan turunannya atau Crude Palm Oil (CPO) asal negara Asia telah menekan keberadaan industri minyak nabati di Eropa dan Amerika Serikat. CPO asal Indonesia harganya lebih efisien dan turunannya banyak, dan ini menjadi ketakutan terbesar dari pihak Barat," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Fadil Hasan, kepada pers di Jakarta, Rabu (15/3/2017).

Tahun lalu, total ekspor minyak sawit dan produk berbasis sawit Malaysia meningkat 7 persen menjadi RM67,6 miliar, dibandingkan RM63,2 miliar pada 2015.

Sedangkan berdasarkan data Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit tahun lalu, ekspor CPO mentah Indonesia semakin mengecil. Tercatat, ekspor CPO mentah hanya sekitar 5 juta ton atau hanya 17,69% dari total ekspor 28,26 juta ton, jumlah ini jauh lebih kecil ketimbang ekspor CPO mentah 2015 yang mencapai 7,21 juta ton atau 27,32% dari total ekspor yang mencapai 26,39 juta ton.

Tren ini diprediksi bakal terus berlanjut tahun ini karena ekspor CPO mentah per Januari 2017 hanya 670.000 ton atau 20,55% dari total ekspor sebesar 3,26 juta ton. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru