Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Dulu Radikalisme Sulit Masuk Kampus Agama, tapi Kini Sebaliknya

  • Oleh M. Muchlas Roziqin
  • 31 Maret 2017 - 08:30 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya ' Paham dan gerakan radikalisme pada awal reformasi begitu mudah masuk ke perguruan tinggi umum, terutama yang berstatus negeri. Salah satu indikatornya, terjadi peningkatan jumlah penyusup gerakan fundamental yang dibalut dengan dakwah kampus.

Meski bisa menyusup ke perguruan tinggi negeri, penganut paham radikalisme sulit masuk ke perguruan tinggi agama. Hal itu disebabkan mayoritas civitas di pertguruan tinggi agama mengerti banyak tentang agama.

Penelitian Litbang Kemenag RI saat itu, mencatat terjadi peningkatan aktivitas keislaman yang cenderung ekslusif dan radikal di berbagai perguruan tinggi ternama. Pada 2011, penelitian LIPI yang dilakukan di lima kampus ternama yaitu UI, IPB, UGM, Undip, dan Unair, menunjukkan adanya peningkatan pemahaman fundamentalisme keagamaan di kalangan mahasiswa pada kampus-kampus umum.

'Namun sekarang, mereka juga dengan mudah masuk ke kampus-kampus keagamaan, yang dulu dihindari. Bahkan kini malah (kampus keagamaan) dijadikan sasaran,' kata Khairil Anwar, mantan ketua STAIN Palangka Raya saat dialog pencegahan terorisme di Aula Jayang Tingang, Kamis (30/3/2017).

Survei LIPI berikutnya pada 2015, sekitar 4 persen orang Indonesia menyetujui militan ISIS. Mereka berumur 19-25 tahun dan 5 persen di antaranya merupakan mahasiswa. Menurut Khairil, pemahaman atas perintah keagamaan begitu keras dan radikal, karena mementingkan tekstualitas dan logika. 'Tidak melihat kontekstualitas seperti sebab turun ayat atau asbabun nuzul dan asbabnun wurud.'

Sementara itu, Kepala Biro Administrasi Kesejahtreraan Rakyat dan Kemasyarakatan Setda Kalteng, Syahruddin dalam kapasitas mewakili Gubernur Sugianto Sabran, mengatakan bahwa mahasiswa sebagai kelompok masyarakat terdidik, berdasarkan hasil penelitian telah mengalami disorientasi dalam gerakan mereka selama dua tahun terakhir.

Penelitian terakhir, kata Syahrudin, ada peninggkatan gerakan fundamentalisme di kalangan aktivis dan paham itu seringkali disusupkan ke organisasi kampus.

'Dulu perguruan tinggi umum menjadi target rekrutmen, tapi sekarang perguruan tinggi agama sudah dimasuki. Terjadi perubahan di kampus keagamaan. Telah terjadi metamorfosa gerakan radikal. Karena itu perlu dilakukan cara untuk mempersempit radikalisme itu,' katanya. (ROZIQIN/B-3)

Berita Terbaru