BORNEONEWS, Palangka Raya - Hari-hari terakhir ini beredar pemberitaan dan foto Wakil Bupati Katingan dan Ketua DPRD Katingan dalam sebuah acara perkawinan adat Dayak. Sayangnya caption foto itu justru dituliskan bahwa kedua pejabat publik ini sedang mabuk-mabukan.

Media konvensional maupun daring, kemudian memberitakannya secara besar-besaran. Katingan memang akhir-akhir ini menjadi primadona pemberitaan sejak bupatinya kedapatan selingkuh, yang oleh seorang ketua organsasi pemuda kemudian disamakan dengan tindakan wakil  bupati ini sebagai tindakan tercela.

Hal ini dikritisi Ricardo Howard, putera daerah Katingan yang tergabunng dalam Komunitas Folks of Dayak (FOD) dan Sobat Budaya Nusantara.

FOD yang merupakan kumpulan anak muda Kalimantan yang peduli terhadapadat dan budaya Dayak serta Sobat Budaya Nusantara yaitu kumpulan anak muda yang sedang mencatat, belajar dan peduli adat dan budaya nusantara.

"Minum minuman baram atau minuman lainnya dalam suatu acara orang Dayak itu bukan soal mabuk. Tapi ajang menjalin kebersamaan, silaturahmi dan pertemanan," ungkap Ricardo kepada Borneonews.co.id, Jumat (7/4/2017).

Lagi pula, lanjut anak muda yang bekerja sebagai staf ahli DPR RI Jakarta ini, ketika seseorang datang saat acara tidak ada yang memaksanya untuk harus ikut minum dan mabuk.

"Anda berhak menolak dengan halus, tidak ada paksaan. Saya menyebutnya demokrasi kecil terlatih.Tapi secara sisi adat, ini sudah dilakukan turun temurun bagi orang katingan," tambah pemuda yang sedang mempelajari dan berusaha mencatat adat dan budaya di Katingan ini.

Ditambahkan pemuda kelahiran Pendahara, Kecamatan Tewang Sangalang Garing, Kabupaten Katingan ini bahwa kegiatan ini tidak hanya dilakukan pada acara nikah tapi acara mendirikan rumah, balas bidan dan kematian.

"Secara sosial ini adalah membuktikan Anda pribadi yang bisa membaur dengan siapapun tanpa peduli kasta Anda," tutupnya. (TESTI PRISCILLA/B-6)