Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Jangan Anggap Sepele Keputihan!

  • Oleh Oktrika Nugraheni
  • 30 September 2017 - 15:00 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Perempuan jangan pernah mengganggap remeh keputihan. Sebab, keputihan merupakan salah satu gejala awal kanker serviks. "Hati-hati kalau mengalami keputihan yang berlebihan, putih seperti susu, dan bau," kata dr Ulianto, Sp.OG, MH dalam Seminar Kesehatan Reproduksi yang diadakan oleh Wife Forum CBI di Aula Bappeda Kotawaringin Barat, Sabtu (30/9/2017).

Dokter spesialis kandungan itu menjelaskan, keputihan yang berlebihan mengisyaratkan infeksi tidak hanya di vagina saja, tapi juga terjadi di saluran telur dan rahim. "Dan itu bisa menjadi radang panggul," jelasnya.

Untuk itu, ia berpesan agar para ibu atau kaum perempuan menjaga kesehatan organ reproduksi. Jika mengalami keputihan yang berlebihan segera konsultasi ke dokter. Apalagi jika disertai dengan rasa gatal dan panas.

Namun, ia juga tidak menyarankan penggunaan sabun pembersih berlebihan. "Boleh digunakan tetapi sewajarnya saja, jangan sebentar-sebentar dibersihkan. Dan ingat, perhatikan kadar keasaman atau pH sabun yang digunakan. Cari sabun yang memiliki pH sama dengan pH vagina," terangnya.

Menurutnya ada beberapa sabun yang memiliki pH sama dengan vagina. "Tapi ingat, gunakan sewajarnya saja jangan terlalu bersih," tandasnya. Kenapa tidak boleh terlalu bersih "Di sekitar vagina ada bakteri baik dan bakteri jahat. Kalau terlalu bersih nanti bakteri baiknya mati dan vagina mudah terpapar bakteri yang justru merugikan," jelasnya.

Mengenai pencegahan kanker serviks, ia menyarankan agar melakukan imunisasi. Penyuntikan vaksin kanker serviks dilakukan dalam tiga tahap dengan jeda tiap tahap selama enam bulan. "Pemberian vaksin ini bisa meminimalis kemungkinan terkena kanker serviks. Bahkan, vaksin ini bisa diberikan sejak anak perempuan berusia 9 tahun. Di sini (Kobar) sudah ada, saya juga menyediakan," tuturnya.

Soal harga vaksin, dr Uli tidak memungkiri, masih tergolong mahal, karena tidak mendapat subsidi dari pemerintah. "Sekitar satu jutaan sekali suntik. Ada paket hemat yang cuma Rp700 ribuan, tapi fungsinya juga lebih sempit," sebutnya. (OKTRIKA NUGRAHENI/B-2)

Berita Terbaru