Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Buah Manis Keberanian RI Mengevolusi Perdagangan Luar Negeri

  • Oleh ANTARA
  • 26 Desember 2021 - 15:40 WIB

BORNEONEWS, Jakarta  - Indonesia menyatakan penolakannya untuk mengikat perjanjian terkait rantai pasok global, yang membolehkan RI untuk mengekspor bahan mentah, pada pertemuan G20 di Roma.

Di hadapan 16 negara saat itu, sikap Presiden Joko Widodo yang enggan menandatangani kesepakatan, jelas menegaskan keinginan agar Indonesia menghentikan ekspor bahan mentah ke berbagai negara.

Sejak 1 Januari 2020, Indonesia resmi berhenti mengekspor nikel. Jika ada negara yang menginginkan nikel dari Indonesia, maka harus berinvestasi dan mengolahnya di dalam negeri menjadi produk bernilai tambah.

Keputusan tersebut berujung pada gugatan Uni Eropa kepada Indonesia di Badan Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO). Wajar saja, Presiden menyampaikan bahwa Uni Eropa merupakan salah satu negara tujuan ekspor bahan mentah Indonesia.

Namun, Presiden tak gentar meskipun langkah yang diputuskannya mungkin akan menyebabkan Indonesia diblok oleh negara-negara lain.

Setelah nikel, Presiden membidik bauksit, tembaga, dan timah untuk melanjutkan rencana penghentian ekspor bahan mentah Indonesia. Presiden Jokowi ingin, keberanian menghentikan ekspor bahan mentah tersebut akan memuluskan proses industrialisasi dan hilirisasi di dalam negeri.

Fokus pada upaya industrialisasi dan hilirisasi itu menjadi salah satu kunci Indonesia berhasil mengevolusi perdagangannya.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memproyeksi, kendati masih tertekan defisit neraca dagang migas, namun kinerja ekspor yang moncer akan membawa Indonesia pada surplus neraca perdagangan terbesar sepanjang sejarah yakni mencapai 37 miliar dolar AS hingga akhir 2021.

Capaian tersebut sekaligus menandakan adanya evolusi perdagangan Indonesia. Pada 2011, tiga dari lima produk yang diekspor Indonesia adalah komoditi primer, di antaranya barang-barang pertambangan, yaitu batubara, karet, dan bijih logam.

Sedangkan pada 2021, produk ekspor RI berevolusi menjadi barang industri yang bernilai tambah, seperti Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya, besi baja, elektronika, dan otomomotif.

Berita Terbaru