WILAYAH Kabupaten Kapuas punya peluang cukup besar untuk pengembangan ubi kayu.

Ubi kayu bisa dimanfaatkan untuk bahan pangan, bahan bakar ternak, maupun bahan bakar dasar berbagai industri. Ubi kayu juga bisa dikonsumsi secara langsung untuk bahan pangan.

Untuk konsumsi sebagai bahan pangan diperlukan varietas ubi kayu yang memiliki rasanya dan manfaat tertentu.

Yaitu jenis ubi kayu yang memiliki potensi hasil tinggi, kadar bahan kering, dan kadar pati tinggi.

Dengan adanya peluang ini tinggal bagamana kita memanfaatkan faktor yang ada secara optimal seperti tanah, air dan sinar matahari.

Sedangkan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani, maka petani diminta mampu menerapkan cara budidaya sesuai anjuran seperti pengolahan tanah yang baik, penggunaan varietas unggul sebagai bibit, pengaturan jarak tanam yang tepat, pemupukan berimbang, serta pengendalian hama penyakit.

Pesan ini disampaikan Catur Karya dan Noor Alamsyah dari Badan Pelaksanaan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kapuas pada program penyuluhan dalam siaran Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) yang mengudara pada frekuensi 91,4 FM di Jalan DI Panjaitan Nomor 31B Kuala Kapuas, Rabu (17/02/2016).

Mereka menjelaskan petani ubi kayu harus bercocok tanam sesuai anjuran meliputi pertama penyulaman dilakukan segera setelah diketahui adanya tanaman yang tidak tumbuh paling lambat 1 minggu setelah tanam.

Kedua  penyiangan kelemahan ubi kayu adalah pada fase pertumbuhan awal tidak mampu berkompetensi dengan gulma bila pengendalian gulma tidak dilakukan selama periode kritis maka produktivitasnya turun sampai 75%.

Untuk itu pengendalian gulma dilakukan pada umur 4-5 Minggu setelah tanam dan 12-15 Minggu setelah tanam.

Lalu pemupukan ubi kayu merupakan yang mampu berproduksi tinggi tapi cepat mengeruskan tanah karena banyak memakai hara untuk mendapatkan hasil yang tinggi.

Biasanya ubi kayu baru vairietas genjah bisa dipanen umur 6-8 bulan.

Sedangkan varietas biasa pada umur 9-12 bulan, namun secara umum panen antara 8-12 bulan. (PP/B-6)