Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Belajar Menghitung Waktu dan Angka

  • 16 Maret 2016 - 23:11 WIB

SECARA geografis Desa Sabuai berada di pojok paling Barat di Kecamatan Kumai, serta paling Selatan di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Jika ditempuh lewat jalur normal,  jarak antara ibu kota kabupaten (Pangkalan Bun) ke Desa Sabuai sekitar 75 kilometer (km).

Pendek kata,  desa ini selama sekian tahun terisolasi.  Karena itu, wajarlah jika berbagai hal terjadi tanpa banyak orang luar mengetahui.  Ambil contoh saja selama ini,  di Sabuai tercatat ada 23 kelompok tani.  Setiap kelompok beranggota  25 orang petani.  

Anggap saja setiap orang dari mereka memiliki lahan seluas 1 hektare (ha). Meski, kenyataannya, satu orang petani ada yang memiliki 3 ha, 4 ha,  bahkan 10 ha. 

Nah,  setiap musim tanam,  seorang petani de-ngan lahan 1 ha mendapat bantuan pupuk sebanyak 3 ton.  Menurut ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan),  yang mendapat bantuan pupuk  musim tanam terakhir misalnya,  ada 11 kelompok.  Itu berarti,  ada 275 orang petani yang mendapat bantuan  pupuk.  

Jika seorang petani dengan luas lahan 1 ha mendapat bantuan pupuk 3 ton, maka berarti  pupuk yang digelontorkan ke desa ini mencapai  825 ton.  Itu artinya,  jika satu truk  berkapasitas 7 ton hingga 8 ton, maka desa ini kedatang'an tak kurang dari 103 truk.

Kemudian,  yang me-narik,  banyak petani yang mengaku  sama sekali tidak menggunakan pupuk dalam menanam padi.  Karena lahan yang mereka garap umumnya masih subur, maka  tanpa pupuk mereka bisa panen dengan baik. Nah, mari kita hitung,  berapa kerugian negara atas mubazirnya bantuan pupuk ini.  Dan, mari kita bertanya,  untuk apa pupuk itu

Hal lain, para petani mengaku tidak mengeluarkan biaya dalam bertani.  Karena setelah menanam dengan cara manugal atau menghambur benih, tanaman padi tidak dirawat, bahkan tidak ditengok. Petani datang ke sawah lagi saat menjelang panen.

Banyak biaya

Dalam rangka memberikan pendampingan,  PT Kalimantan Mitra Mandiri (KMM), yaitu sebuah perusahaan  yang bergerak dibidang pemberdayaan  yang bernaung di bawah Borneo News group, mengajak  petani menghitung apa saja biaya yang mereka keluarkan. Ternyata ada banyak item biaya. Mulai dari biaya tanam, panen, pestisida, sewa mesin perontok, sewa mesin giling, dan sebagainya. 

Para petanipun terbelalak, ternyata setelah dihitung secara seksama, perolehan penjualan gabah atau beras dikurangi berbagai biaya tadi, hasilnya minus alias merugi!  Karena tim PT KMM mengajak para petani untuk belajar menghitung. 

''Kita ajak mereka bertani secara rasional, mengkalkulasi semua biaya.  Dan, kami ajak menghitung  bahwa setahun bisa dua bahkan tiga kali tanam. Sehingga, hasil hitungannya pun plus, bukan minus,' kata Yohanes S Widada, dari PT KMM. 

(*)

Berita Terbaru