Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Masjid Sebagai Ciri Khas Kerajaan Islam

  • Oleh Yohanes S Widada
  • 31 Oktober 2016 - 23:59 WIB

Oleh: Dr Moh Ali Fadhillah

BANDAR Sukabumi menjadi kota tepi sungai yang kian maju.  Lebih dari setengah abad kemudian sejak kota itu berdiri,  dibangunlah masjid. Yaitu Masjid al-Hambra, yang  bentuknya sama dengan masjid di  Kotawaringin Lama. 

Tetapi sekarang masjid itu telah mengalami restorasi total dengan menggunakan bahan-bahan bangunan batu, karena masjid lama yang seluruhnya terbuat dari kayu hangus terbakar pada tahun  1983. 

Masjid kerajaan itu dibangun pada tahun 1299 Hijrah (1879 Masehi) pada masa pemerintahan raja XI, Pangeran Ratu Anum Kasuma Yuda (1867-1904). Dalam pembangunan  masjid tersebut, mangkubumi  raja X dan XI, Pangeran Paku Sukma Negara telah merekrut para tukang: Raden Ali, Raden Kertasari dan Kiai Angsayuda.

Namun dari keseluruhan bukti historis itu, satu-satunya bangunan yang berhasil diidentifikasi adalah Keraton Kuning yang terletak di atas sebuah bukit, sebelah timur sungai Arut yang disebut 'Bukit Indera Kencana' atau 'Bukit Raja'. 

Keraton Kuning mulai dibangun oleh raja IX, Pangeran Ratu Imanuddin pada tahun 1809 dan selesai 1811. Keraton Kuning pernah mengalami restorasi pada masa pemerintahan raja XIII (1913-1939), raja XIV (1939-1948) dan akhirnya Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala (Ditlinbinjarah) pada tahun 1980 sebelum terbakar habis pada tahun 1986. 

Raja terakhir yang mendiami keraton itu adalah Pangeran Ratu Sukma Anum Alamsyah (raja XIV). Sesudah kerajaan Kotawaringin masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 22 / 1948, keraton kehilangan fungsi simbolik dan politiknya, dan hanya menjadi kediaman keluarga raja. 

Dilihat dari struktur denahnya, Keraton Kuning terbagi menjadi beberapa unsur bangunan, yaitu:  1). Pendapa disebut dalam bahasa Jawa pendopo, merupakan unsur bangunan paling depan dari kompleks keraton. Ia menjadi tempat pertemuan antara raja dengan para pejabat kerajaan. Bangunan ini disebut balairung.

2). Balai buntar, berada di belakang pendapa, adalah konstruksi kayu dengan dua lantai. Disebut juga balai rumbang, merupakan bangunan penghubung antara pendapa dan gadong kuning.  Balai buntar secara simbolik dianggap sebagai batas antara ruang publik dan ruang pribadi dalam kompleks keraton. 

3). Gadong kuning merupakan bangunan paling esensial dari seluruh keraton. Selain sebagai ruang kerja juga menjadi tempat kediaman raja. Gadong kuning terbagi menjadi dua bagian: ruang kuning dalem tempat kerja raja dan ruang kuning sebagai ruang tidur. 

4). Rumah basar terletak di belakang gadong kuning. Ini merupakan ruang serbaguna, tempat  keluarga raja bisa belajar agama atau tempat latihan kesenian tradisional. (yoh/*)

Berita Terbaru