Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Ada Beberapa Cara untuk Tekan Angka Stanting

  • Oleh Budi Yulianto
  • 07 September 2017 - 08:46 WIB

BORNEONEWS, Palangka Raya - Masalah stanting sudah saatnya menjadi perhatian semua pihak tanpa terkecuali. Berdasarkan riset kesehatan dasar 2013, tercatat prevalensi stanting nasional mencapai 37,2%.

Presentase ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2010 yakni 35,6% dan 36,8% pada 2007. Artinya, pertumbuhan tidak maksimal diderita sekitar 8,9 juta anak Indonesia. Prevalensi stanting ini lebih tinggi ketimbang negara lain di Asia Tenggara seperti Myanmar (35 persen), Vietnam (23 persen) dan Thailand (16 persen).

Ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kalteng, Suprastija Budi dalam sambutannya yang dibacakan Kasi Promosi Kesehatan, Windarto pada kegiatan Orientasi Jurnalis Kampanye Gizi Nasional yang digelar IMA World Health bekerjasama dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalteng di lantai III, Hotel Aquarius, Rabu (6/9/2017).

Stanting adalah kekurangan gizi kronis yang berlangsung cukup lama akibat asupan maupun makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stanting terjadi mulai janin dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia 2 tahun.

Lantas seperti apa cara mencegah agar anak tidak mengalami stanting Berikut tips yang disampaikan Team Leader IMA World Health Indonesia, Iwan Hasan saat diwawancarai Borneonews.co.id.

"Dimulai dari sejak ibu dalam kehamilan. Jadi pada saat mengandung, harus terpenuhi gizinya. Makanya kalau bisa asupan makanan ibu ditambah. Yang tadinya tiga kali, bisa ditambah atau paling tidak porsi makannya ditambah. Sehingga kebutuhan gizi ibu terpenuhi. Sebab, kebutuhan gizi orang hamil untuk dua orang. Buat ibu dan bayinya. Kita sebut, 1.000 hari pertama kehidupan yakni sembilan bulan kehamilan ditambah dengan 2 tahun sejak lahir," kata Iwan di sela-sela istirahat pada kegiatan orientasi tersebut.

Selain itu, lanjut Iwan, hal yang perlu dipahami yakni memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi. "Sebaiknya, ibu hamil itu banyak mengonsumsi protein hewani. Misalnya, daging, ikan, telur dan hati. Jadi protein yang bersumber dari hewani," ungkapnya.

Menurutnya, pemenuhan kebutuhan itu sangat penting untuk meningkatkan zat besi dalam darah yang fungsinya agar janin tumbuh sehat termasuk demi keselamatan ibu ketika melahirkan.

"Banyak sekali ibu hamil di Indonesia yang kekurangan zat besi. Makanya pemerintah membagikan tablet tambah darah. Tablet tambah darah itu sebetulnya bukan untuk menambah darahnya, tapi untuk menambah kandungan zat besi di dalam darah si ibu. Fungsinya untuk membangun perkembangan otak dan organ tubuh," jelasnya.

Bagaimana jika yang hamil adalah kalangan ekonomi ke bawah Iwan menyebut tidak perlu khawatir. Sebab, protein yang bersumber dari hewani tidaklah mesti daging. "Banyak yang mengandung zat besi. Telurkan murah. Itu bagus. Ikan zat besinya juga bagus. Lalu hati ayam, kandungan zat besinya juga tinggi. Ada juga sayur-sayuran yang mengandung zat besi," bebernya.

Dia melanjutkan, setelah ibu melahirkan, hal pertama yang dilakukan yakni melakukan inisiasi menyusui dini (IMD). Caranya, bayi diletakan di perut sang ibu dengan maksud si bayi dapat mencari sendiri puting susu ibunya itu.

"Yang penting di situ ada skin to skin contact. Jadi kontak antara kulit ibu dan si bayi. Itu juga menghangatkan si bayi. Ini juga menolong proses pemberian ASI kepada bayi. Dan IMD ini bisa menurunkan kematian bayi secara signifikan,' jelas dia lagi.

Lebih lanjut Iwan menjelaskan, sejak lahir hingga berusia 6 bulan, bayi cukup diberi ASI. Jangan dikasih makanan maupun minuman selain dari ASI. "ASI banyak sekali manfaatnya. Seperti mengandung anti body. Bayi lebih tahan terhadap penyakit. Juga memiliki kandungan lemak dan karbohidrat. Jadi manfaatnya full buat si bayi," katanya.

Bagaimana dengan ibu yang ASI-nya tidak bisa keluar Iwan menjawab langkah pertama yang perlu dilakukan yakni melakukan konseling dengan konselor ASI. Seperti bidan maupun kader yang sudah diberi trainning tentang konseling ASI. "Supaya bisa ditolong ASI-nya keluar. Namun hampir semua ibu yang melahirkan itu bisa menyusui," pungkasnya.

Sementara itu, Lery, salah seorang pemateri dari Dinas Kesehatan Kalteng mengatakan, untuk mengatasi stanting perlu kerjasama semua pihak. Kemudian, selain memperhatikan pola makanan sejak janin dalam kandungan, juga perlu menjaga kebersihan lingkungan agar tetap bersih dan sehat. (BUDI YULIANTO/B-2)

Berita Terbaru