Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kepala UTD PMI Sampit Jelaskan Efek Penyemprotan Disinfektan ke Tubuh Manusia

  • Oleh Naco
  • 30 Maret 2020 - 15:30 WIB

BORNEONEWS, Sampit - Penyemprotan disinfektan massal untuk mencegah virus corona dilaksanakan di Sampit. Hampir setiap hari sejumlah kawasan disemprot cairan itu.

Ini semua tergambar dengan semakin luasnya kegiatan penyemprotan disinfektan ke rumah-rumah baik yang terorganisir maupun yang bersifat individual, semakin banyaknya pembuatan dan pemanfaatan bilik disinfeksi (disinfection chamber), dan penyemprotan dengan menggunakan kendaraan.

Upaya-upaya ini tentu tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia yang digunakan. Lalu bagaimana efeknya terhadap tubuh manusia

Kepala Unit Transfusi Darah PMI Sampit, dr Yuendri Irawanto mengatakan bahan kimia yang dipergunakan untuk membasmi mikroorganisme dapat berupa antiseptik dan disinfektan. Antiseptik adalah bahan pembunuh bakteri dan virus yang digunakan pada tubuh manusia. Sedangkan disinfektan digunakan pada permukaan benda, seperti meja, gagang pintu, dan lain-lain. 

Antiseptik dan disinfektan mengandung biosida, bahan aktif yang digunakan untuk membunuh bakteri serta kuman lainnya. Kandungan biosida yang ada di dalam antiseptik jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan disinfektan. 

"Contoh cairan antiseptik yaitu alkohol, povidone iodine, peroksida chloroxylenil (dettol antiseptik) dan permanganas. Contoh disinfektan yaitu sodium hipoklorit (bayclin, soklin, proklin, dll), benzalkonium chloride (detol disinfektan,superpel, SOS, wipol dll), phenol (carbol, lysol, wipol, supersol, dll) dan golongan diamin. Peroksida dan chloroxylenil bisa dipergunakan sebagai antiseptik dan disinfektan. Perbedaan ini sudah sepatutnya dipertimbangkan dalam pemilihan bahan untuk kegiatan pencegahan penyebaran virus corona," kata Yuendri, Senin, 30 Maret 2020.

Menurut penggiat kesehatan ini World Health Organization (WHO) tidak menyarankan penggunaan alkohol dan klorin ke seluruh permukaan tubuh karena akan membahayakan kulit dan membran mukosa tubuh seperti mata dan mulut.

Dumas O, dkk (2019) dalam publikasi penelitian pada JAMA Network mengungkapkan bahwa sebanyak 73.262 perawat wanita yang rutin tiap minggu menggunakan disinfektan untuk membersihkan permukaan alat-alat medis berisiko lebih tinggi mengalami kerusakan paru-paru kronik. 

Potensi hipoklorit menyebabkan keracunan terkait dengan kapasitas pengoksidasi dan pH larutan. Toksisitas timbul dari aktivitas korosif pada saat kontak dengan selaput lendir dan kulit, yang dapat berupa iritasi kulit dan kerusakan pada kulit atau hipersensitivitas kulit.

Pajanan mata dapat berupa cedera kornea umumnya ringan dengan rasa tidak nyaman, terbakar dan gangguan permukaan epitel kornea dengan pemulihan dalam 1 atau 2 hari. Dengan solusi konsentrasi yang lebih tinggi, iritasi mata yang parah dapat terjadi. (Slaughter RJ, et al. 2019).

Berita Terbaru