Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Pulau Salat, Kawasan Ekowisata Masa Depan

  • Oleh Nazir Amin
  • 29 Mei 2017 - 16:32 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Pulau Salat, wilayah pra rilis orangutan atas kerja sama Yayasan BOS, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk bakal 'disulap' menjadi kawasan ekowisata. Pulau yang terletak di Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah itu, di masa depan, nantinya terbuka bagi kedatangan turis dalam, dan luar negeri untuk berwisata alam liar.

"Ya, biarkan kami mewujudkannya terlebih dahulu. Masa akan datang jika telah menjadi areal ekowisata, akan dikelola bersama pemerintah daerah dan masyarakat," kata Direktur Utama PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), Vallauthan Subraminam kepada Borneonews, yang menghubunginya, dari Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Senin (29/5/2017).

Vallauthan menceritakan, dalam rencana besar, di Pulau Salat itu, segera dibangun pusat informasi, mess, home stay, dan berbagai fasilitas pendukung areal ekowisata. Mantan Direktur Operasi PT SSMS Tbk itu, berharap, jika skenario itu berjalan lancar, kawasan dengan pemandangan eksotis, indah, dan menyejukkan itu, bakal menjadi sumber pemasukan tersendiri bagi daerah.

Pulau Salat, wilayah pra rilis orangutan terwujud atas kerja sama berbagai pihak dengan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk., dan Yayasan BOS. Yakni Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau, BKSDA Kalteng, masyarakat. Juga ada para mitra global; John Cochrane dari Australia, Constance Travis Charitable Trust, BOS Australia, BOS Jerman, BOS Swiss, dan World Animal Protection (WAP).

Minggu (28/5/2017), Vallauthan Subraminam kembali berkunjung ke Pulau Salat, Kabupaten Pulang Pisau. Pada kedatangan ketiga kalinya ini, ia mengawal Haji Abdul Rasyid AS, pemilik konglomerasi Citra Borneo Indah (CBI) Group, dan PT SSMS Tbk.

Pada kunjungan pertamanya itu, H Abdul Rasyid ikut melepas satu individu orangutan di kawasan hutan hijau, yang masih lestari tersebut. Hingga kini, sudah lebih dari 20 orangutan yang dipindahkan ke Pulau Salat dalam program pra pelepasliaran.

Pulau Salat masih mampu menampung hingga 200 orangutan. Kondisi hutan yang ada dinilai baik dan berkualitas, terisolasi oleh air sungai sepanjang tahun, tidak teridentifikasi memiliki populasi orangutan liar.

Areal yang dibeli perusahaan, untuk kepentingan orangutan beradaptasi sebelum dilepas ke habitat aslinya itu, cukup luas. Setidaknya, cukup untuk mendukung kemampuan adaptasi, sosialisasi, dan ketersediaan pakan primata dilindungi itu.

Luas lahan kawasan yang diusahakan oleh Yayasan BOS di sana, sebanyak 655 hektare, sedangkan oleh perusahaan yang didirikan pengusaha nasional H Abdul Rasyid AS ini 1.434 hektare. Dengan luasan, dan kondisi areal yang mendukung, cukup ideal bagi perkembangan orangutan sebelum dilepas ke habitat aslinya.

Keseriusan owner

Vallauthan Subraminam menyebutkan, dalam rencana ke depan, Pulau Salat akan dibangun sebagai kawasan ekowisata, lengkap dengan sarana, dan prasarananya. Lulusan Institut Supervisiory Management, Inggris itu mengaku, akan ada sejumlah sponsor, yang terlibat dalam pendanaan bersama pihak perusahaan.

Semua itu bagian dari keseriusan Haji Abdul Rasyid dalam mewujudkan konservasi lingkungan. Vallauthan menceritakan, keterlibatan PT SSMS Tbk dalam pelestarian lingkungan, sejatinya sejalan dengan visi dan misi Haji Abdul Rasyid AS, pemilik perusahaan yang dipimpinnya sejak 2016 itu.

Jadi, melestarikan lingkungan, kata Vallauthan, bukan semata menjalankan kewajiban perusahaan berkelanjutan atau sustainable business. Tetapi, hal itu memang sudah menjadi garis tegas yang ditarik H. Abdul Rasyid, owner Citra Borneo Indah (CBI) Group dan PT. Sawit Sumbermas Sarana Tbk.

"Ya, Pak Rasyid tak mau manajemen menjalankan roda perusahaan, hanya demi memperoleh keuntungan. Perusahaan harus bisa menjaga lingkungan, untuk memenuhi kebutuhan masa depan generasi penerus," kata mantan Executive Director di PT Domba Mas Group, yang karib disapa Pak Valla itu.

Konservasi lingkungan

Haji Abdul Rasyid memastikan, ada banyak keuntungan dalam menjalankan konservasi lingkungan. Salah satunya, ada sumber pendapatan yang berkelanjutan. Dengan semangat seperti itu, pengusaha yang terdaftar dalam 50 orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes, Desember 2014 itu, mengungkapkan, rencananya menyulap Pulau Salat sebagai kawasan konservasi untuk ekowisata.

"Konservasi Pulau Salat, dampaknya sangat luar biasa untuk masyarakat. Salah satunya menjadi tujuan ekowisata," kata mantan anggota MPR RI utusan Kalimantan Tengah itu, usai melepas liar satu orangutan di Pulau Salat, Kabupaten Pulang Pisau, Minggu (28/5/2017).

Keberadaan ekowisata bisa menciptakan sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar. Salah satunya dari penyediaan alat transportasi menuju lokasi berbasis budaya lokal. Lalu, sarana penginapan, restoran, rumah makan, bisnis kuliner, dan sebagainya.

Haji Abdul Rasyid mencontohkan keberadaan Taman Nasional Tanjung Puting, Kotawaringin Barat, dan Seruyan. Menurut dia, ekonomi masyarakatnya cukup menggembirakan. "Ya, sekarang hutannya terjaga, satwanya juga terjaga, dan masyarakat memiliki penghasilan." (NAZIR AMIN/B-2).

Berita Terbaru