BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Harga komoditas tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun lalu karena tingginya permintaan di pasar global.

"Kami memperkirakan komoditas yang harganya membaik tahun ini dibandingkan tahun lalu, antara lain adalah emas, minyak sawit, dan nikel," kata Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), Stephanus Paulus Lumintang, di Jakarta, Jumat (7/7/2017).

Di sektor sawit misalnya, tahun lalu banyak perusahaan perkebunan sawit sengsara karena harga turun dan produksi juga terganggu El Nino, mulai Agustus hingga September 2016 sudah mulai membaik sampai sekarang. Sedangkan untuk nikel, larangan ekspor juga sudah dibuka.

Namun demikian, menurut Paulus, perbaikan harga minyak sawit atau CPO juga sangat tergantung pada komoditas yang bersubstitusi dengannya. Apabila ada produk seperti minyak bumi yang bersubstitusi dengan minyak sawit melimpah pasokannya, maka harga CPO bisa terganggu.

"Untuk pasokan minyak mentah akan bertambah setelah ditemukannya teknologi perminyakan terbaru oleh AS, yang membuat harga di pasar global tertekan. Harga minyak mentah juga bisa dipengaruhi oleh kebijakan substitusi energi atau penghematan energi," papar dia.

Sedangkan kenaikan harga CPO tahun ini juga berimbas mendorong harga tandan buah segar (TBS) sawit. Saat ini, harga TBS di Kalimantan Timur sudah mencapai Rp1.700 hingga Rp2.000 per kg, padahal tahun lalu hanya Rp700 per kg.

"Namun, perlu diwaspadai pula petisi biofuel dari Eropa dan AS. Ini hambatan dagang yang bisa memengaruhi harga CPO ke depan," tutur Paulus. (NEDELYA RAMADHANI/m)