Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Kok Bisa Menteri Agama Memperbandingkan Azan dengan Gonggongan Anjing

  • Oleh Jurnalis Warga
  • 01 Maret 2022 - 11:10 WIB

BEBERAPA hari yang lalu saya memberikan apresiasi acungan jempol kepada Menteri Agama Gus Yaqut karena berani membuat surat edaran untuk pengaturan suara speaker atau Toa di masjid-masjid. Jujur ini yang kita rindukan, ini yang kita tunggu-tunggu selama berpuluh-puluh tahun tidak ada satu orangpun menteri agama yang berani mengatur itu.

Saya memberikan apresiasi kepada Menteri Agama Gus yaqut nah meskipun saya juga mempertanyakan Mengapa hanya satu edaran dan saya juga mempertanyakan bagaimana mekanismenya di lapangan pemeriksaanya, kontrolnya, Bagaimana cara memberikan sanksinya, bagaimana pelaporan dari warga kalau terganggu, kalau melihat ada masjid yang tidak sesuai dengan surat edaran Menteri Agama itu. Saya pertanyakan juga dan sampai sekarang belum mendapatkan jawaban.

Sahabat Indonesia belum selang beberapa hari. Langkah berani dari seorang menteri agama ini justru dicemari oleh menteri agama sendiri karena ketidakkecerdasan seorang pejabat negara dalam memilih diksi dalam komunikasi publik. mohon maaf literasi komunikasi publik sangat mudah bagaimana mungkin seorang menteri agama mempersamakan, menganalogikan azan di masjid dengan gonggongan anjing.

Kenapa menteri memilih diksi gonggongan anjing Kalau membuat analogi harus lebih tegas pak menteri. Kebisingan suara toa di masjid itu mungkin sama dengan kita mendengarkan petasan atau knalpot. kental analoginya, pilihannya kenapa justru anjing Pak Menteri.  

Ini jujur saya yang kemarin memberikan apresiasi kepada Pak Menteri jujur saya kecewa, Bagaimana mungkin suara azan diperbandingkan dengan gonggongan anjing sebagai Muslim saya tersinggung, karena justru suara azan itu adalah kemuliaan kita bagaimana kita mendengarkan panggilan untuk shalat mengingatkan kita untuk salat. kenapa justru diksi yang dipilih oleh menteri ini gonggongan anjing, saya nggak ngerti.

Di sini saya melihat bahwa pejabat negara apalagi seorang menteri dalam membangun komunikasi publik harus mempunyai kecerdasan komunikasi yang mumpuni.

Inikan luar biasa, menjadi amunisi, membuat marah orang-orang yang disasar oleh pak menteri orang-orang dengan intoleran orang yang biasa-biasa, seperti saya pun juga ikut marah karena kesalahan seorang menteri dalam memilih diksi.

Seharusnya selain mempunyai kecerdasan teknis, pejabat negara terutama menteri harus mempunyai kecerdasan komunikasi publik kalau perlu presiden memberikan training atau memanggil seorang profesional untuk Menteri karena banyak menteri yang mempunyai kemampuan komunikasi yang buruk, apalagi dalam menghadapi door stop interview banyak menteri yang asal jeplak asal mangap.

Menurut saya kali ini Menteri Agama juga asal bicara,  makanya banyak yang memprotes keras, dan banyak juga mengecam keras apa yang dilakukan oleh Menteri Gus yaqut Ini. menunjukkan betapa rendahnya kemampuan komunikasi publik seorang gus yaqut.

Sahabat Indonesia mari kita membangun komunikasi dengan cerdas seorang komunikator yang baik itu harus mengerti implikasi dari apa yang akan dikatakan ke publik. Harus mempunyai empati dan simpati pada saat kita mempunyai empati kita mempunyai simpati dan kita sadar implikasi kita akan mampu memilih diksi atau narasi yang akan kita bangun itu kunci seorang komunikator yang baik. Bukan sekedar asal ngomong mentang-mentang dia pejabat seolah-olah bisa berbicara apa saja sekarang, eranya bukan Orde Baru zaman dulu Orde Baru menteri ngomong apa saja dianggap benar sekarang tidak bisa lagi. 

Berita Terbaru