BORNEONEWS, Kotawaringin Barat - Memasuki musim hujan Kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, diselimuti kabut embun yang berakibat berkurangnya jarak pandang secara signifikan. Wilayah dataran rendah peluang terjadinya kabut lebih tinggi saat musim hujan, karena proses pembentukan kabut terjadi saat udara di permukaan menjadi dingin dan berada di bawah titik beku.

" Untuk kasus kabut tebal cukup mengganggu terutama bagi pengendara kendaraan bermotor karena jarak pandang menjadi berkurang signifikan," kata prakirawan BMKG Pangkalan Bun, Rangga, Rabu (2/11/2016).

Rangga menjelaskan, kabut embun yang diakibatkan oleh jumlah uap air yang terdapat dipermukaan serta inti kondensi menjadi syarat pembentukan kabut. Apabila syarat tersebut terpenuhi maka udara inti uap air akan terkondensi dan terbentuklah kabut dipermukaan. Untuk wilayah dataran rendah peluang terjadinya kabut lebih tinggi pada saat musim penghujan, karena proses pembentukan kabut sendiri terjadi saat udara dipermukaan menjadi dingin dan berada di bawah titik beku.

" Kualitas udara konsentrasi PM10 sementara di Pangkalan Bun masih 0, artinya kualitas udara masih sangat bagus," terang Rangga.

Dikatakannya secara umum kelembaban udara yang menjadi kabut tipis berkisar antara 96-99 persen, sementara kabut tebal kelembaban berkisar 99-100 persen.

Dan kabut embun dengan kisaran tersebut terjadi setiap hari di Kota Pangkalan Bun sehingga pengendara kendaraan bermotor diwajibkan setiap pagi menghidupkan lampu.

" Demi keamanan  kita himbau warga yang akan beraktivitas untuk menghidupkan lampu kendaraannya pada pagi hari," kata Rangga.

Menurut Prakirawan BMKG Pangkalan Bun, Rabu (2/11/2016) potensi hujan dengan intensitas sedang lebat disertai petir masih berpotensi terjadi di Kota Pangkalan Bun, Kumai serta Arut Utara. (KOKO SULISTYO/N).