Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Mengembalikan Kejayaan Rempah di Indonesia

  • Oleh ANTARA
  • 22 November 2021 - 08:00 WIB

BORNEONEWS, Jakarta - Rempah-rempah pernah dianggap sangat bernilai, lebih dari logam mulia, hingga menimbulkan penjajahan di tanah Nusantara yang dipicu keinginan menguasai wilayah penghasil rempah.

Alasannya, rempah memang kaya manfaat untuk kehidupan. Rempah adalah alasan di balik kelezatan masakan-masakan Indonesia, namun manfaatnya tak cuma berakhir di dapur. Rempah sejak dulu dapat digunakan untuk memelihara kesehatan, menjaga kebugaran dan stamina, menjaga daya tahan tubuh merawat kecantikan.

Potensi pemanfaatan rempah untuk kemajuan industri kesehatan di Indonesia masih belum digali maksimal. Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mendorong lembaga riset dan dokter-dokter untuk mengeksplorasi dan mengolah rempah sehingga bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.

Menciptakan regulasi yang kondusif untuk pemanfaatan rempah demi meningkatkan kesehatan adalah salah satunya. Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si mengatakan, belum ada regulasi yang memberikan legalitas kepada dokter untuk mengintegrasikan kekayaan jamu dalam pelayanan kesehatan formal.

Wewenang itu nantinya akan diberikan kepada Tenaga Kesehatan Tradisional, orang yang lulus pendidikan tinggi bidang pengobatan tradisional yang meliputi keterampilan dan ramuan. Padahal, menurut Intan lebih baik keduanya saling bersinergi dimana tenaga kesehatan tradisional dan dokter saling bahu membahu di fasilitas kesehatan.

Dia membandingkan kondisi di Jepang yang jauh berbeda. Dokter di Negeri Sakura diberikan legalitas untuk memberi resep ramuan tradisional kepada pasien bila diperlukan. Ramuan tradisionalnya tidak melulu berupa obat modern seperti ekstrak dalam kapsul, bisa juga berupa rempah-rempah kering yang nantinya direbus.

Tentu saja ramuan tradisional yang diresepkan harus sudah terbukti secara klinis. Dilihat dari kekayaan alam dan tanah di negaranya, Indonesia memiliki jauh lebih banyak sumber daya alam yang melimpah. Jepang mengakalinya dengan mengimpor rempah sesuai standard dari negara-negara lain.

Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia senantiasa mendorong advokasi regulasi agar dokter di Indonesia bisa turut mendorong pengembangan dan pemanfaatan rempah sebagai solusi aman, murah, berkhasiat dan ramah lingkungan. Di sisi lain, dia juga berharap ada regulasi baru sehingga mahasiswa kedokteran di Indonesia mendapatkan kurikulum tentang pengobatan tradisional.

"Jadi dokter punya legalitas dan kompetensi," ujar Intan.

Sejarah telah mencatat harumnya rempah Nusantara sejak dahulu kala. Intan menuturkan, astronom Yunani bernama Claudius Ptolemaeus di Mesir pernah menulis peta kuno pada abad ke-1 berisi kota Barus, tempat penting di Sumatera dan dunia yang menghasilkan komoditas aromatik rempah berharga: kapur barus.

Sementara bangsa Romawi mengenal rempah Nusantara sebelum tahun 24 Sebelum Masehi. Mereka hanya tahu semua daerah Arab adalah satu-satunya negeri produsen pohon gaharu, cendana dan kayu manis.

Menurut ilmuwan Rusia A.M.Petrov, sebetulnya kayu manis yang beredar di bangsa Romawi berasal dari Asia Tenggara dan India Selatan. Para pedagang Arab merahasiakan tempat asal rempah ini sehingga pembeli hanya bisa mendapatkannya dari mereka.

Pada masa kolonial, para dokter dan apoteker diberi tugas untuk mengumpulkan, mencatat dan membuat ilustrasi rempah-rempah beserta kegunaan dan tempatnya tumbuh. Dokter Jacobus Bontius adalah pegawai VOC yang gigih memadukan hasrat meneliti alam dan merawat orang sakit.

Dia membuat karya berjudul "De Medicina Indorum" berisi gambaran pengamatan terhadap penyakit di Batavia, cara perawatan, penggambaran alam terkait tumbuhan yang dianggap berkhasiat.


TAGS:

Berita Terbaru