Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

7 Calon Ketua Umum Golkar, Bersatu Melawan Setya Novanto

  • Oleh Budi Baskoro
  • 15 Mei 2016 - 15:30 WIB

BORNEONEWS, Bali - Ini perlawanan terhadap satu dari delapan calon ketua umum Partai Golkar dalam Munaslub 2016 di Bali. Tujuh calon ketua umum lainnya, bersatu menolak wacana pemilihan lewat voting terbuka yang berujung aklamasi. Satu calon lainnya, Setya Novanto disebut-sebut mengupayakan pemilihan Golkar 01 melalui pemungutan suara terbuka.

"Dari delapan calon, tujuh calon ada kesepakatan bersama untuk menjaga Munaslub berjalan demokratis sesuai AD/ART," kata Ade Komarudin, Ketua DPR RI, yang bertarung memperebutkan Golkar 01, dalam konferensi bersama 6 calon lainnya, di arena Munaslub, di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Minggu (15/5/2016).

Selain Akom, sapaan akrab Ade Komarudin, juga ada Priyo Budi Santoso, Airlangga Hartarto, Aziz Syamsuddin, Syahrul Yasin Limpo, Mahyudin.  Indra Bambang Utoyo terlambat hadir, tetapi sudah menyatakan komitmen mendukung 'perjuangan' Akom dan kawan-kawan.

Mereka prihatin dengan dinamika pramunaslub Golkar. Terutama menyangkut wacana pemilihan ketua umum dengan voting terbuka yang berujung aklamasi. "Kami nilai hal itu akan mencederai proses Munaslub yang sudah bagus dilakukan sejak awal," kata Akom, seperti dikutip Detikcom.

Akom, Ketua DPR RI pengganti Setya Novanto ini mengungkap dinamika Pramunas yang cukup keras. "Dalam Pramunas malam tadi ada upaya  sekelompok yang mengupayakan proses pemilihan secara terbuka. Itu memungkinkan ada intimidasi terhadap pemilik suara, itu melanggar hak asasi. Padahal selama proses perdebatan dalam sosialisasi membuat mereka cukup tahu apa dan siapa yang mereka ingin pilih." 

Akom Cs menegaskan bersatu menolak keras proses pemilihan terbuka karena akan ada intimidasi. Mereka menghendaki proses pemilihan calon ketua umum sesuai AD/ART. Yakni melalui mekanisme voting tertutup. "Kami ingin terjamin pemilik suara memilih kami calon yang ada sesuai hati nurani bukan atas intimidasi, pesanan, apalagi money politics."

Santer disebut-sebut Setya Novanto didukung 'pusat kekuasaan', sudah melakukan beragam manuver, termasuk 'membeli' suara. Karena itu, dengan mekanisme voting terbuka, situasi dan kondisi lebih bisa dikontrol, termasuk komitmen penentuan kandidat yang dipilih.

Pihak Setnov sudah membantah berbagai isu miring itu. Secara langsung Presiden Joko Widodo juga sudah mengklarifikasi soal berita dukungan itu, saat membuka Munaslub Partai Golkar, Ahad (14/5/2016) malam. Jokowi mengaku netral siapapun yang terpilih sebagai ketua umum dari delapan calon yang ada. Lagi pula, sipapun yang terpilih dipastikan mendukung Jokowi-JK.

 Tim sukses Setya Novanto, Nurul Arifin, membantah sejumlah tudingan lawan. Mantan artis ini menyatakan, pihaknya menerima sistem apapun yang akan digunakan untuk pemilihan ketum. "Pak Setya Novanto siap melakukan sistem pemilihan dengan sistem apapun," kata Timses Novanto, Nurul Arifin, dalam konferensi pers di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Minggu (15/5/2016).

Nurul juga menampik adanya pertemuan timses Novanto dengan para pemilik suara secara tertutup. "Kami sangat sayangkan sekali, kenapa tidak menanyakan langsung kepada kami sebagai timnya. Pertemuan dengan DPD II saya pastikan tidak ada. Kalau ada upaya menjalin komunikasi dengan DPD II itu dilakukan oleh semua caketum."

ambah Nurul.Kembali soal mekanisme pemilihan caketum Golkar, Nurul menuturkan Novanto akan mengikuti mekanisme apapun yang disepakati di Munaslub. Bagi tim Novanto pemilihan terbuka maupun voting tertutup sama saja."Keduanya tidak menyalahi sistem demokrasi. Secara terbuka juga transparan," katanya."Pak Setya Novanto menyatakan beliau siap menjalankan keputusan dengan sistem apapun. Kami tidak memilih salah satu, kami menyarankan dengan suara terbanyak," pungkasnya.ambah Nurul. (*/N).

Berita Terbaru