Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

CPO Fund Naik, Daya Saing Produk Sawit Indonesia Anjlok

  • Oleh Nedelya Ramadhani
  • 22 Desember 2016 - 18:55 WIB

BORNEONEWS, Pangkalan Bun - Rencana pemerintah untuk menaikkan dana pungutan ekspor minyak sawit (CPO Fund) ditolak pelaku usaha karena dinilai akan menghambat ekspor dan menurunkan daya saing produk sawit Indonesia di pasar global.

"Kenaikan dana pungutan untuk membiayai program mandatori biodiesel 20 persen (B20) tidaklah tepat. Kenaikan ini akan membebani ekspor sawit baik hulu maupun hilir," kata Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (Gimni), Sahat Sinaga, kepada pers di Jakarta, Kamis (22/12).

Sahat menyatakan semenjak tahun lalu volume ekspor produk hilir, seperti minyak goreng kemasan, sudah mengalami penurunan sebesar 15% karena diberlakukannya pungutan dana CPO. Saat ini, besaran pungutan mencapai US$20 per ton.

"Kondisi sama dialami ekspor minyak sawit cair (RBD Olein) dan RBD Palm Oil merosot 5% dalam periode yang sama. Bahkan ekspor biodiesel turun 100% atau sama sekali tidak ada ekspor pada tahun ini," papar dia.

Menurut Sahat, pelaku usaha telah berkorban untuk menanggung subsidi biodiesel yang telah berlaku dalam kurun waktu setahun belakangan. Karena itu, tidak tepat jika beban ini kembali ditambah dengan menaikkan dana pungutan ekspor sawit.

"Solusi yang bisa diambil adalah pemerintah mengalokasikan subsidi untuk program mandatori B20. Dengan pertimbangan, biodiesel membantu masyarakat untuk mendapatkan udara sehat lantaran biodiesel yang telah dicampur solar tidak mengandung sulfur," ujarnya.

Opsi lainnya, lanjut Sahat, masyarakat yang menanggung harga beli biosolar. 

"Masyarakat juga berperan untuk menjaga kebersihan udara dengan penggunaan biosolar," tuturnya. (NEDELYA RAMADHANI/m)

Berita Terbaru