Aplikasi Pilkada / Software Pilkada Terbaik Untuk memenangkan Pilkada 2020

IT Konsultan Terbaik Indonesia

Dampak Impor Daging Sapi Terhadap Kemandirian Negara Memenuhi Kebutuhan dalam Negeri

  • Oleh Tim Borneonews
  • 19 Juni 2017 - 15:32 WIB

PERMINTAAN akan daging sapi di dunia maupun nusantara dari tahun ke tahun meningkat. Semakin meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat juga konsumsi masyarakat. Daging sapi merupakan sumber protein hewani yang cukup digemari masyarakat dunia maupun Indonesia.

Namun harga daging sapi di Indonesia tergolong mahal, dibandingkan negara Asean lainnya. Masyarakat menengah ke bawah tidak mampu membeli daging sapi untuk kebutuhan makan sehari-hari. .

Permasalahan yang dihadapi dunia peternakan nasional tidak hanya sekedar masalah harga daging sapi yang meroket, tetapi juga pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Pemerintah tidak mampu memanage peternak lokal.

Hal tersebut menyebabkan ketidakmandirian negara dalam memenuhi stok daging dalam negeri. Jalan alternatif pemerintah untuk memenuhi permintaan konsumen, mengimpor daging sapi dari Australia dan negara lainnya.

Akibat kebijakan pemerintah mengimpor daging, mengakibatkan ketidakmandirian peternak lokal. Peternak lokal menjadi bergantung pada daging impor. Peternak lokal Indonesia umumnya memiliki sifat pemalas.

Apabila pemerintah tetap mensuplai daging impor secara terus menerus akan membuat peternak lokal malas sehingga tidak dapat berkembang. Peternakan lokal akan berkembang apabila pemerintah mendesak peternak lokal mengembangkan sumber daya manusia yang dimiliki dengan menghentikan impor daging.

Penghentian impor akan mengakibatkan kekurangan pasokan daging di pasaran dalam negeri. Kondisi ini menuntut peternak maupun pemerintah mengembangkan kualitas peternakan lokal dan sumber daya manusia peternak sehingga pasokan daging dalam negeri dapat terpenuhi.

Bila dilihat dari beberapa sisi, kebijakan pemerintah dalam mengimpor daging sapi dapat merugikan peternakan dalam negeri. Namun apabila pemerintah menghentikan kebijakan impor sapi akan berakibat pada hubungan bilateral antara kedua negara.

Hal tersebut seperti buah simalakama bagi Indonesia. Indonesia kaya akan sumber daya alam. Seharusnya Indonesia dapat memaksimalkan sumber daya alam yang dimiliki namun tidak merusak sumber daya alam tersebut.

Sumber daya alam yang dimiliki Indonesia dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri. Sehingga pemerintah tidak perlu mengimpor daging sapi secara besar-besaran apabila pemerintan mampu mengoptimalkan sumber daya alam tersebut tanpa merusak hubungan politik bilateral kedua negara.

Peternak sapi masih mengeluhkan terpuruknya harga sapi lokal di pasaran. Selain harga yang terus meroket, peternak juga kesulitan melakukan transaksi jual beli dalam skala besar. Dampaknya permintaan daging sapi lokal menurun. Masalah pelik yang menghimpit peternak sapi tersebut sebenarnya sudah terjadi beberapa waktu lalu, harga sapi lokal dipasaran terpuruk setelah sapi impor masuk tanpa kendali.

Pemerintah lebih mementingkan kepentingan jangka pendek demi stabilisasi harga daging dengan mengorbankan peternak lokal. Indonesia kehilangan potensi industri peternakan dengan langkah impor tersebut.

Dengan naiknya kuota impor akan menekan harga sapi potong di tingkat peternak lokal sehingga mau tidak mau peternak lokal menjual harga sapi di bawah harga ekonomisnya.

Sapi lokal, sapi bali, madura, peranakan ongole, dan lain-lain, memiliki kualitas lebih bagus dibandingkan sapi luar. Dibandingkan semua jenis, sapi bali memiliki kualitas sebanding, bahkan lebih dibandingkan sapi dari luar. Sapi bali memiliki kemampuan adaptasi lebih baik dibandingkan sapi lain.

Pemeliharaan sapi bali terbilang lebih mudah karena karakteristik sapi bali yang tidak suka memilih-milih pakan. Sapi lain yang memiliki kualitas hampir sebanding dengan sapi bali, adalah sapi madura. Sapi madura memiliki kemampuam adaptasi dengan lingkungan yang cukup baik.

Namun, di kalangan peternak rakyat, sapi limousin dan simental lebih populer. Hal tersebut dikarenakan sapi limousin dan simental memiliki kemampuan pertambahan berat badan (PBB) yang cukup tinggi dibandingkan yang lainnya.

Pemerintah seharusnya dapat mengoptimalkan sapi lokal dengan berbagai cara. Pemerintah juga harus belajar dari negara lain yaitu Thailand. Thailand mampu mengoptimalkan sumber daya alam yang meliputi peternakan dan pertanian sehingga menghasilkan bibit, bakalan, maupun produk dengan kualitas bagus sehingga memiliki nilai jual tinggi.

Hal tersebut dibantu dengan sumber daya manusia yang memadai. Kunci utama dalam meningkatkan kemajuan didasarkan pada sumber daya manusianya.

Pemerintah mau tidak mau harus memperhatikan dan mengembangkan peternakan dalam negeri mengingat Indonesia telah masuk pasar bebas ASEAN. Setiap negara ASEAN berlomba-lomba mengembangkan potensi yang ada dalam negeri.

Peternakan memiliki kontribusi cukup menjanjikan mengingat dalam kehidupan di dunia ini tidak lepas dari kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Kemampuan primer manusia salah satunya meliputi sandang pangan.

Kehidupan manusia tidak akan lepas dari pangan. Pemerintah harus bertindak tegas dan berani dalam mengambil keputusan yang berisiko guna meningkatkan kemajuan peternakan dalam negeri.

Membutuhkan waktu yang tidak sedikit, bahkan bertahun-tahun untuk mengembangkan potensi lokal peternakan di Indonesia. Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan peternakan Indonesia dapat berkembang dan dapat memenuhi kebutuhan daging dalam negeri secara mandiri.

Oleh karena itu harus ada dukungan dari masyarakat terutama para peternak sapi potong, agar nantinya berjalan sesuai diinginkan pemerintah, karena bertujuan mensejahterakan masyarakat yang beternak sapi pada umumnya.

Sosialisasi ke peternak rakyat juga sangat diperlukan agar peternak mengetahui kebijakan yang sedang digalakkan pemerintah. Koordinasi antara pemerintah dan peternak lokal sangat diperlukan mengingat peternakan tidak hanya berkaitan dengan pemerintah ataupun peternak. Tetapi, dengan sektor lain pula, semisal sektor pertanian.

Segala sektor dapat saling berkaitan dan bergantungan sehingga membentuk sebuah integrasi peternakan yang dapat dikembangkan. Hal tersebut dapat menekan pembelian atau mengimpor daging sapi. (Dhea Farida Ramadhany, 201610350311046, Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang/N).

Berita Terbaru